Bagi sebagian orang,
mungkin mereka adalah masalah, atau pembuat onar yang dipandang sebelah mata.
Dan mungkin, bagi sebagian orang tua yang mendapat rezeki dengan dititipi
seorang anak dengan kekekurangan seperti mereka mengangkap bahwa Allah tidak
adil . Sungguh, pendapat yang demikian terasa begitu kejam bagi mereka. Anak
autis, down syndrome, slow learner, tuna rungu, tuna wicara... mereka
adalah sumber pembelajaran yang luar biasa bagi orang-orang yang mau mengenal
mereka lebih dekat..
Bagi ku, mengajar adalah
hobby. Oh,... bukan,bukan... lebih tepat disebut, passion. Mengajar di
lembaga belajar, privat SD, SMP, SMA dan bentuk mengajar-mangajar yang lain
pernah ku lakukan. Tapi, kali ini benar-benar berbeda. INKLUSIF, sebuah sanggar
belajar sederhana di pinggir kota Jogja. Jika melihat dari luar, mungkin
sanggar ini hanyalah sebuah rumah sederhana yang setiap sore didatangi oleh
anak-anak kecil untuk sekedar belajar membaca, menulis, berhitung, atau
mengerjakan PR. Bahkan mungkin bagi orang yang hanya melintas, tidak akan
menyangka jika tempat itu adalah sebuah sanggar belajar, dan itu pula
pendapatku saat pertama kali menyambangi tempat itu. Sederhana, memang
begitulah, beberapa meja panjang, tikar, rak buku dengan buku-buku pelajaran SD
kelas 1-6, dan beberapa alat bantu belajar, tanpa poster-poster bahkan papan
nama. Sederhana, sebuah kata yang tepat untuk menggambarkan tempat itu saat
ini. Dan, disitulah aku mengajar beberapa bulan yang lalu.
Selama 3 bulan, hampir
setiap sore aku menyambangi tempat itu. Ada 4 guru tetap yang mengajar, salah
satunya adalah Bu Ami, beliau pendiri sanggar sekaligus pemilik rumah. Pada
awalnya mungkin hanya sekitar 20-30 anak yang belajar di sana. Tapi, dengan
semakin banyaknya anak yang datang untuk belajar, Bu Ami dan teman-teman
kewalahan mengajar, dan datanglah aku dan teman-temanku untuk sekedar membantu.
Mengajar berhitung, membaca, menulis, dan membantu mengerjakan PR, memang itu
yang menjadi perkerjaan kami. Tapi pernah terbanyangkan-sebelumnyakah bahwa
yang harus diajari membaca, menulis, berhitung adalah anak-anak dengan
kebutuhan khusus? yakkk.. itulah yang kami lakukan.
INKLUSIF, bukan saja
sanggar belajar untuk anak-anak sekolah pada umumnya, tapi juga bagi anak-anak
dengan kebutuhan khusus. Sungguh, benar-benar pengalaman yang berbeda ketika
berhadapan dengan mereka. Bingung, stuck, mati kutu, pada awalnya.
Bagaimana caranya mengajari seorang anak tuna rungu konsep perkalian, bagaimana
bisa membuat seorang anak tuna wicara melafalkan huruf dan membaca? Dan
bagaimana mengajari ilmu seorang anak yang akupun tidak tahu bagaimana cara
berkomunikasi dengannya? Sungguh, bagi orang awam sepertiku, serasa mustahil.
Tak terelakan, emosi sering kali muncul ketika mereka tak juga paham dengan apa
yang aku ajarkan. "Sabar mbak... ", nasihat Bu Ami, ketika melihatku
kewalahan mengajari mereka. Bu Ami, memang sesosok orang yang sunguh
inspiratif. Beliau sungguh sabar dan tulus. Beliau mendirikan sanggar belajar
ini, sama sekali bukan karena alasan profit, tapi tulus dan murni karena Bu Ami
mencintai anak-anak itu, bahkan sering kali Bu Ami mengajar tanpa imbalan
sepeserpun. Sabar dan cinta, itu yang kulihat dari Bu Ami dan pengajar-pengajar yang lain ketika mengajar
anak-anak luar biasa ini. Dan ajaib, dengan resep itu, anak tuna rungu kini
bisa berhitung, menulis, bahkan membaca koran, anak tuna wicara kini sudah
mampu bercanda dengan anak-anak lain pada umumnya, dan seorang anak down syndrome yang
pada awalnya tidak bisa apa-apa kini bisa hidup lebih mandiri.
Aku memang mengajar disana, tapi sungguh, justru aku yang jauh lebih banyak belajar dari mereka. Pada awalnya mereka membutuhkanku sebagai staff pengajar, tapi pada akhirnya akulah yang membutuhkan mereka. Mereka bukanlah anak-anak Sekolah Luar Biasa, tapi mereka memang anak-anak luar biasa yang mempu mengalahkan kekurangan mereka dan menjadikan itu sebagai inspirasi bagi orang lain yang mau mengenal mereka lebih dekat. Dan sungguh, orang-orang seperti Bu Ami dan teman-teman pengajar disana, guru-guru di Sekolah Luar Biasa, adalah orang-orang yang tidak kalah hebat dari pada guru-guru pada umumnya bahkan terkadang mereka jauh lebih hebat, tidak sepantasnya pekerjaan mereka dipandang sebelah mata. Sungguh pengalaman yang luar biasa pernah ada di sana. Dan setiap motorku memasuki halaman sanggar, selalu mereka menyambutku dengan sapaan hangat yang kurindukan saat ini dan yang akan selalu kurindukan, "Mbak Encaaaaaa......"
No comments:
Post a Comment