Saturday, January 12, 2013

Dan Aku pun Belajar.... (Edisi Kangen INKLUSIF dan seisinya)



 
Bagi sebagian orang, mungkin mereka adalah masalah, atau pembuat onar yang dipandang sebelah mata. Dan mungkin, bagi sebagian orang tua yang mendapat rezeki dengan dititipi seorang anak dengan kekekurangan seperti mereka mengangkap bahwa Allah tidak adil . Sungguh, pendapat yang demikian terasa begitu kejam bagi mereka. Anak autis, down syndrome, slow learner, tuna rungu, tuna wicara... mereka adalah sumber pembelajaran yang luar biasa bagi orang-orang yang mau mengenal mereka lebih dekat.. 

Bagi ku, mengajar adalah hobby. Oh,... bukan,bukan... lebih tepat disebut, passion. Mengajar di lembaga belajar, privat SD, SMP, SMA dan bentuk mengajar-mangajar yang lain pernah ku lakukan. Tapi, kali ini benar-benar berbeda. INKLUSIF, sebuah sanggar belajar sederhana di pinggir kota Jogja. Jika melihat dari luar, mungkin sanggar ini hanyalah sebuah rumah sederhana yang setiap sore didatangi oleh anak-anak kecil untuk sekedar belajar membaca, menulis, berhitung, atau mengerjakan PR. Bahkan mungkin bagi orang yang hanya melintas, tidak akan menyangka jika tempat itu adalah sebuah sanggar belajar, dan itu pula pendapatku saat pertama kali menyambangi tempat itu. Sederhana, memang begitulah, beberapa meja panjang, tikar, rak buku dengan buku-buku pelajaran SD kelas 1-6, dan beberapa alat bantu belajar, tanpa poster-poster bahkan papan nama. Sederhana, sebuah kata yang tepat untuk menggambarkan tempat itu saat ini. Dan, disitulah aku mengajar beberapa bulan yang lalu. 

Selama 3 bulan, hampir setiap sore aku menyambangi tempat itu. Ada 4 guru tetap yang mengajar, salah satunya adalah Bu Ami, beliau pendiri sanggar sekaligus pemilik rumah. Pada awalnya mungkin hanya sekitar 20-30 anak yang belajar di sana. Tapi, dengan semakin banyaknya anak yang datang untuk belajar, Bu Ami dan teman-teman kewalahan mengajar, dan datanglah aku dan teman-temanku untuk sekedar membantu. Mengajar berhitung, membaca, menulis, dan membantu mengerjakan PR, memang itu yang menjadi perkerjaan kami. Tapi pernah terbanyangkan-sebelumnyakah bahwa yang harus diajari membaca, menulis, berhitung adalah anak-anak dengan kebutuhan khusus? yakkk.. itulah yang kami lakukan. 

INKLUSIF, bukan saja sanggar belajar untuk anak-anak sekolah pada umumnya, tapi juga bagi anak-anak dengan kebutuhan khusus. Sungguh, benar-benar pengalaman yang berbeda ketika berhadapan dengan mereka. Bingung, stuck, mati kutu, pada awalnya. Bagaimana caranya mengajari seorang anak tuna rungu konsep perkalian, bagaimana bisa membuat seorang anak tuna wicara melafalkan huruf dan membaca? Dan bagaimana mengajari ilmu seorang anak yang akupun tidak tahu bagaimana cara berkomunikasi dengannya? Sungguh, bagi orang awam sepertiku, serasa mustahil. Tak terelakan, emosi sering kali muncul ketika mereka tak juga paham dengan apa yang aku ajarkan. "Sabar mbak... ", nasihat Bu Ami, ketika melihatku kewalahan  mengajari mereka. Bu Ami, memang sesosok orang yang sunguh inspiratif. Beliau sungguh sabar dan tulus. Beliau mendirikan sanggar belajar ini, sama sekali bukan karena alasan profit, tapi tulus dan murni karena Bu Ami mencintai anak-anak itu, bahkan sering kali Bu Ami mengajar tanpa imbalan sepeserpun. Sabar dan cinta, itu yang kulihat dari Bu Ami dan pengajar-pengajar yang lain ketika mengajar anak-anak luar biasa ini. Dan ajaib, dengan resep itu, anak tuna rungu kini bisa berhitung, menulis, bahkan membaca koran, anak tuna wicara kini sudah mampu bercanda dengan anak-anak lain pada umumnya, dan seorang anak down syndrome yang pada awalnya tidak bisa apa-apa kini bisa hidup lebih mandiri. 

Aku memang mengajar disana, tapi sungguh, justru aku yang jauh lebih banyak belajar dari mereka. Pada awalnya mereka membutuhkanku sebagai staff pengajar, tapi pada akhirnya akulah yang membutuhkan mereka. Mereka bukanlah anak-anak Sekolah Luar Biasa, tapi mereka memang anak-anak luar biasa yang mempu mengalahkan kekurangan mereka dan menjadikan itu sebagai inspirasi bagi orang lain yang mau mengenal mereka lebih dekat. Dan sungguh, orang-orang seperti Bu Ami dan teman-teman pengajar disana, guru-guru di Sekolah Luar Biasa, adalah orang-orang yang tidak kalah hebat dari pada guru-guru pada umumnya bahkan terkadang mereka jauh lebih hebat, tidak sepantasnya pekerjaan mereka dipandang sebelah mata. Sungguh pengalaman yang luar biasa pernah ada di sana. Dan setiap motorku memasuki halaman sanggar, selalu mereka menyambutku dengan sapaan hangat yang kurindukan saat ini dan yang akan selalu kurindukan, "Mbak Encaaaaaa......"







No comments:

Post a Comment